Minggu, 29 November 2015

Part I - ERP and Change Management at Nestl´e
1.      Nestle membentuk  1 tim yang berisi 50 senior business managers dan 10 senior IT managers untuk mengimplementasi SAP. Tim ini akan bertanggung jawab untuk menentukan mendefinisikan serangkaian proses untuk setiap divisi. Terlebih seperti divisi purchasing, inventory, accounting, and sales, mereka ingin membuat suatu perubahan yang baru, karena menggunakan cara lama sudah tidak efektif. Nestle juga menerapkan 5 modul SAP yaitu : purchasing, financials, sales and distribution, accounts payable and receivable, dan the Manugistics supply chain di setiap divisi Nestle.

Nestle sempat mengalami kondisi buruk, serta ditambah pekerja yang tidak mengerti cara pemakaian sistem baru. Manajer perusahaan tersebut pun tidak mengerti cara memakai sistem baru tersebut, sama seperti karyawannya. Omset tertinggi mereka saat itu hanya 77%. Masalah - masalah lainnya pun muncul karena pengambilan keputusan yang terlalu terburu-buru.

Kemudian proyek tersebut dihentikan, dan seorang manajer coproject ditugaskan kembali dan Dunn[1] diberikan tanggung jawab yang penuh. Dunn bertindak cepat dengan mengundang 19 stakeholder kunci dan manajer bisnis untuk dapat bekerja sama dengan baik. Pada saat itu project team sudah kehilangan gambaran besar akan project yang akan dijalankan. Tetapi proyek tetap akan dijalankan dan akan dimulai dengan mendefinisikan kebutuhan dari proyek tersebut.

Project team memiliki perencanaan yang baik untuk diikuti. Tetapi seorang direktur baru Tom James[2] terkejut ketika hubungan antara project team dan antar divisi masih kurang. Sehingga Dunn mulai bertemu tatap muka kepada manajer divisi untuk melakukan survei kepada karyawannya, apakah karyawan dapat mengerti sistem baru yang diterapkan.

Setelah melakukan hal tersebut Dunn dan project team mengetahui apa kekurangan mereka. Walaupun proyek tersebut lebih lama dari yang diharapkan, Dunn percaya bahwa dengan perlahan dy bisa berjalan dengan pasti. Akhirnya Dunn bisa mencapai hasil yang signifikan terhadap investasi terlebih mengenai hal peramalan permintaan yang lebih baik.

2.      Dengan kembalinya Dunn kedalam Nestle, dengan cepat ia dapat mengambil keputusan untuk dapat mengumpulkan semua project team, stakeholder dan manajer bisnis untuk menyatukan kemauan untuk dapat memecahkan masalah yang sedang dialami Nestle. Dalam kasus ini, sangat dibutuhkan sosok seorang pemimpin di dalam Nestle. Kepemimpinan merupakan hal yang sangat vital dalam sebuah organisasi[3]. Kembalinya Dunn membawa dampak positif bagi Nestle, karena Dunn membawa sifat kepemimpinannya untuk memimpin Nestle yang dalam keadaan terpuruk.

3.      Keuntungan implementasi change management untuk organisasi [4]:
·         Perubahan yang terjadi akan direncanakan
·         Organisasi dapat memberikan respon yang lebih cepat kepada customer
·         Membantu pengaturan resource organisasi
·         Manajemen perubahan dapat membantu organisasi untuk melakukan penilaian secara keseluruhan
·         Perubahan tersebut dapat dilakukan tanpa adanya efek yang negatif saat menjalankan bisnis
·         Meminimalisir penggunaan waktu untuk menerapkan perubahan
·         Kemungkinan perubahan tersebut gagal akan berkurang
·         Kinerja karyawan meningkat
Keuntungan implementasi change management untuk individu :
·         Meningkatkan komunikasi
·         Meningkatkan moral, produktivitas dan kualitas kerja
·         Dapat menciptakan persepsi yang benar untuk pekerja dan masyarakat
·         Mendukung pekerja dan masyarakat untuk menghilangkan atau meminimalisir kekhawatiran akan terjadinya perubahan

4.      Saya cukup setuju dengan pernyataan Dunn pada kalimat pertama karena dalam mengembangkan satu hal pasti tidak hanya melibatkan satu hal tersebut saja, tetapi pasti akan melibatkan beberapa hal, dalam kalimat Dunn tersebut berarti tidak hanya melibatkan software saja, tetapi melibatkan manajemen perubahan juga. Manajemen perubahan menurut Aradea dkk (2010) adalah  serangkaian proses yang digunakan untuk memastikan bahwa perubahan strategis yang signifikan dalam organisasi dilakukan secara terkontrol dan sistematis, untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan dalam rangka mengingatkan keterlibatan dan pencapaian tujuan organisasi untuk transformasi efektif.[5]

Part II - From Ballpoints to Bits
Terdapat 4 Pendekatan Perubahan Manajemen Strategi[6] :
a.       Rational – Empirical Approach. Pada pendekatan ini diasumsikan bahwa Orang adalah makhluk rasional dan akan mengikuti kepentingan mereka - setelah ia mengungkapkan kepada mereka. Perubahan yang berhasil didasarkan pada komunikasi informasi dan pengajuan insentif. Oleh karena itu, agen perubahan harus persuasif dalam meyakinkan, menjelaskan, dan menunjukkan bagaimana perubahan tertentu akan menguntungkan orang tertentu atau kelompok diidentifikasi sebagai target perubahan. Pada pendekatan ini informasi dan komunikasi sangatlah penting dan akan berdampak pada perubahan.

b.      Normative-Reeducation Approach. Asumsi dasar pada pendekatan ini adalah Orang adalah makhluk sosial dan akan mematuhi norma-norma dan nilai-nilai budaya. Perubahan yang berhasil didasarkan pada mendefinisikan dan interpretasi norma yang ada dan nilai-nilai, dan pelaksanaan dalam pengembangan. Dalam mencoba untuk mengubah seseorang, kita harus fokus pada nilai-nilai inti, kepercayaan, dan hubungan didirikan yang membentuk budaya kelompok. Pendekatan ini bisa sangat sulit dan memakan waktu karena agents perubahan dan sponsor harus mempelajari nilai-nilai yang ada dan keyakinan dari kelompok.

c.       Power-Coercive Approach.Pada pendekatan ini memiliki asumsi bahwa Orang-orang pada dasarnya memenuhi persyaratan dan umumnya akan melakukan apa yang mereka diberitahu atau dapat dibuat untuk melakukan. Perubahan yang berhasil didasarkan pada Pelaksanaan otoritas dan pengenaan sanksi. Pendekatan kekuasaan-koersif untuk mengubah upaya manajemen untuk mendapatkan kepatuhan dari sasaran perubahan melalui penggunaan kekuasaan, otoritas, imbalan, atau ancaman hukuman untuk ketidaksesuaian.

d.      Environmental-Adaptive Approach. Orang menentang kerugian dan gangguan tetapi mereka beradaptasi mudah dengan keadaan baru. Perubahan ini didasarkan pada membangun sebuah organisasi baru dan secara bertahap memindahkan orang dari yang lama ke yang baru. Premis dari pendekatan lingkungan-adaptif adalah bahwa meskipun orang menghindari gangguan dan kehilangan, mereka masih dapat beradaptasi terhadap perubahan. Mengikuti pendekatan ini, agen perubahan mencoba untuk membuat perubahan permanen dengan menghapus cara-cara lama dan melembagakan struktur baru sesegera mungkin

1.       From Ballpoints to Bits : menggunakan pendekatan Rational-Empirical Approach, jika dilihat dari kasus tersebut, organisasi tersebut ingin membuat suatu perubahan dengan menambahkan unsur IT di dalamnya. Tetapi dikatakan bahwa jika user tidak memahami cara memakai ataupun user tidak menerima sistem tersebut, maka solusi tersebut dianggap gagal. Maka dari itu, dalam kasus diatas dikatakan bahwa “preparing the people within an organization is important to the success of the project. “, jelas sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam menerapkan pendekatan ini ke dalam kasus tersebut.

Pfizer : menggunakan pendekatan Normative-Reeducation Approach karena menurut pandangan dari kasus tersebut, Kolette tidak bisa menerima bahwa komputer dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dibidang kesehatan, maka dari itu ia menyebut komputer “foot soldiers of the devil”

Chicago Police Department  : menggunakan pendekatan Environmental-Adaptive Approach karena dapat dilihat bahwa Joe merupakan polisi veteran yang telah bekerja di lapangan selama 50 tahun, tetapi kemudian ia diberikan pelatihan untuk menggunakan sistem database di komputer. Dengan adanya perubahan yang radikal tersebut, sangat mungkin Joe tidak mengerti cara menggunakan sistem tersebut karena apa yang dilatih sangat lah berbeda dengan pekerjaan Joe sehari-hari yaitu di lapangan. Jangan kan Joe, supervisor Joe saja tidak mengerti cara menggunakan sistem tersebut, dengan kata lain ada tahapan yang salah, karena seharusnya supervisor bisa mengetahui sistem tersebut terlebih dahulu.

Procter & Gamble : menggunakan pendekatan Rational-Empirical Approach karena sudah jelas tertulis dalam kasus tersebut bahwa kurangnya komunikasi diantara semua pihak terkait. Sehingga user pun tidak mengerti menggunakan sistem tersebut dan ternyata ada kekurangan pada sistem tersebut. Dapat terlihat kelalaian dan kurangnya komunikasi di dalam perusahaan tersebut, karena sistem yang belum berjalan dengan baik dapat keluar ke publik. [7]

2.        Menurut saya cara pendekatan terbaik adalah dengan menggunakan Rational-Empirical Approach karena pendekatan ini menggunakan cara berkomunikasi dan akan mengikuti  hasil pemimikiran terbaik dari apa yang telah didiskusikan.

Part III - Change Management and e-Health Records
1.       Perubahan manajemen adalah sebuah pendekatan terstruktur untuk transisi individu, tim dan organisasi dari kondisi saat ini ke masa yang akan datang, untuk memenuhi visi dan strategi. Perubahan diatas bertujuan untuk memberdayakan karyawan untuk menerima dan merangkul perubahan di lingkungan saat ini. Perubahan manajemen berarti mengadopsi strategi perusahaan, struktur, prosedur, dan teknologi untuk menghadapi perubahan yang berasal dari luar maupun dalam. Perubahan manajemen harus dilakukan secara bertahap, dan harus dilakukan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang ada agar tidak terkena sanksi. Dalam mengimplementasi EHR, EHR digunakan agar dapat mengubah persepsi dan sikap dari dokter tersebut. perubahan tersebut digunakan dengan cara melakukan pendekatan pada manajemen perusahaan. Melakukan pendekatan dapat mengubah pola pikir dan sikap dari dokter sehingga dapat menerima perubahan EHR.[8]



[3] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/21071-pentingnya-peran-pemimpin-efektif-dalam-pencapaian-tujuan-organisasi, diakses 12 Nopember 2015, jam 15:03 WIB
[5] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/20335-manajemen-perubahan, diakses 13 Nopember 2015, jam 14:36 WIB
[6] Marchewka, Jack T .(2012). Information technology project management Fourth Edition : providing measurable organizational value. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-1-118-05763-6
[7] http://manajemen-ti.com/tata-kelola-audit/202-mengunjungi-kembali-manajemen-perubahan.html, diakses 13 Nopember 2015, jam 23:05 WIB
[8]  Society for Human Resources Management, 2007 Change Management Survey Report.




Rabu, 07 Oktober 2015

Case in Point: The Heartland Angels

Heartland Angels, Inc. might be described as a private equity network that helps investors identify companies in which to invest. However, the focus of the individuals who make up Heartland Angels extends well beyond investing. While the “core” of Heartland Angels is its network of investors, it is also a network of mentors, advisors, and consultants who work together to provide knowledge, share expertise, and introduce a slate of management assets to enthusiastic entrepreneurs and newly established management teams.

Ronald L. Kirschner, MD, is the president of Heartland Angels.3 In some ways, Dr. Kirschner’s career has been similar to those of typical physicians. He has practiced medicine for 23 years. He has served as the president of the Irving Park chapter of the Chicago Medical Society. He taught at the Illinois Masonic Medical Center and was previously an assistant professor at Southern Illinois University School of Medicine. He also completed residencies in emergency medicine at the University of Chicago and in anesthesia at West Virginia University.

That is where Dr. Kirschner’s career as a typical physician ends. Throughout his life, Ronald Kirschner has had an unquenchable thirst for knowledge and an equally demanding curiosity. He has always been interested in how different methods might improve the quality of life for individuals, families, and entire communities. His studies in medicine, science, and business have prompted his interest in how to best set the stage for individual, team, and organizational success. He has confidence in the potential of science and technology to improve life but realizes there are many situations in which the right resources aren’t available to innovators.

This realization led Dr. Kirschner to broaden his focus beyond the practice of medicine. He became actively involved in health care innovation and development, startups, and private equity. While still practicing medicine, he established three companies dealing with nutrition, managed care, and health care resource utilization. He served as a subject matter expert on health care issues to the Illinois State government. He served as a VP of technology development for a biotechnology company and was involved with the board of directors of a company that develops FDA-approved cancer treatment drugs based on traditional Chinese medicine. He has also helped the owners and leaders of a slate of early stage companies make funding, planning, and development decisions. After spending time on these various activities, Dr. Kirchner recognized the need for a network of investors, mentors, advisors, and consultants to help stimulate local innovation in a more coordinated way. To do so, Dr. Kirschner established Heartland Angels.

The Heartland Angels business model is unique. It brings human, intellectual, and financial capital together to achieve two important objectives: to serve as a catalyst of innovation and to provide the means by which early stage organizations will not only survive but thrive. Heartland Angels targets companies that focus on three areas: scienceand technology-based innovations; retail, manufacturing, and distribution; and telecommunications and information technology. Heartland Angels has established a track record of identifying promising startups and helping them succeed. Heartland Angels’ approach consists of four components:
1. The team establishes a highly structured approach to funding viable innovations.
2. A comprehensive analysis is conducted with early stage management teams to identify the opportunities, blind spots, biases, and challenges needing action.
3. Experts and executives with deep expertise provide real-time guidance and assistance.
4. Protocols are established to ensure optimal communication and leveraging of resources and capabilities between the investor network and portfolio company.

These four components form the basis for accelerating the success of each new venture.

Dr. Kirschner realized early on that Heartland Angels’ network of mentors, advisors, and consultants would have to set it apart from other private-equity firms. To succeed, they would have to work together to gain the trust, confidence, and commitment of entrepreneurs and newly established management teams. He recognized that to gain trust, his network would have to prove through its words and actions that it is on the side of the entrepreneur. They had to help
each management team with both their short-term and long-term
success.

To execute on this goal, Dr. Kirschner established several key priorities to help ensure that the Heartland Angel network would deliver value:
■ All investment opportunities would need to fall within the three core priorities for the Heartland Angels: science- and technologybased innovations; retail, manufacturing, and distribution; and telecommunications and information technology.
■ A structured evaluation for investors was necessary at the front end of the process. This front-end evaluation would assess risks associated with the opportunity.
■ An analysis for entrepreneurs was also necessary. This wouldsurface both the internal strengths and weaknesses as well as the external opportunities and threats that the management team would need to address.
■ A deeper operational review would evaluate matters of technology, systems, processes, governance, and management practices. This evaluation would define a blueprint for management and also would reveal the founders’ biases and blind spots.
■ The completed analysis informed an evaluation of the management team itself, surfacing both strengths and competency gaps that would need to be addressed.

Addressing these priorities in a proactive manner allowed Dr. Kirschner and the network to identify the best ways to provide support for each new venture. Achieving success as a startup is no small task. Each management team must address competitive challenges, prepare for short- and long-term growth, apply leadership and management capabilities, plan and coordinate resources, distribute products or deliver services, hit key milestones, and execute an agreed-upon exit strategy.

To raise the likelihood of success, Dr. Kirschner established a network of individuals to provide needed guidance and support. Although Heartland Angels’ broad network of resources stands ready to provide needed assistance and support, new ventures typically receive initial guidance and direction primarily from Dr. Kirschner. He uses this time to sensitize the management team to deficiencies and capabilities that need to be addressed in the organization’s business plan in order to give them initial credibility when presenting to prospective investors. For example, a management team might add a CFO before presenting its business plan so that the team is better equipped to firm up the financial forecast.

Dr. Kirschner helps each new venture prepare in order to present a compelling case for its founders’ vision to prospective investors. From his perspective, a compelling case requires speaking from both conceptual and tactical perspectives. Conceptually, Dr. Kirschner helps
ensure the entrepreneur can tell others about the vision for their product, service, or company. It is important for prospective investors to understand why it should exist, where it currently stands, and where it is headed into the future. It is important for the entrepreneur to demonstrate a thorough and well-considered understanding of the problem they are going to solve. Tactically, Dr. Kirschner helps ensure the founder can prove to others that the management teamhas thought through the full spectrum of business issues, considerations, and implications involved in successfully executing their strategy. Here, Dr. Kirschner tries to expose personal biases and blind spots likely to impede their success. This could include gaps in research and development, transfer of knowledge and technology, marketing, supply chain management, manufacturing, distribution, or scaling strategies.

The range of capabilities that Dr. Kirschner helps them consider extends well beyond the topics taught in a typical MBA program. To garner the interest of prospective investors, the entrepreneur must do the following:
■ Share insights, realizations, and lessons that go beyond the technology, services, products, or financials. The entrepreneur must share something meaningful, something likely to resonate “with folks outside of the room.”
■ Tell a credible and believable story about where the idea came from, how the product or service will meet a need, how many individuals are willing and able to purchase the product or service, and the challenges the company will face on the road ahead.
■ Describe how the product or service will benefit society. Simply generating revenue or gaining wealth is not compelling for the type of investors Heartland Angels works with.
■ Demonstrate through experience and commitment that the entrepreneur has the fortitude to take this idea from concept to reality. The catalyst for this falls outside of dollars and cents—it falls within the heart and mind of the leader.
■ Address how any technology-related aspects of the plan are a viable solution to an everyday concern, challenge, or problem. Technology for its own sake is a trip to be avoided.
■ Create excitement with the prospective investors. A good idea will compel them to ask questions. The best ideas will prompt follow-up questions. Dr. Kirschner watches for both.

Only after the founder and management team have demonstrated an ability to tell a conceptually and tactically compelling story are they allowed access to the Heartland Angels’ broad network of alliances, mentors, advisors, and consultants.

Heartland Angels has established relationships with professionalmservices firms, service providers, and academic institutions that help amstartup with execution and the necessary coordination of resources.mThese alliances are mutually beneficial in that they allow organizationsmto showcasemdiscoveries and innovations, establish strategic relationships in adjacent industries, source prospective employees, and share mutually beneficial information within the alliance. These alliances also provide information and data likely to prove useful to management teams preparing to present to prospective investors. Alliance members frequently work together to identify opportunities to join forces. To enable these connections, Heartland Angels will frequently sponsor social events that allow entrepreneurs from different industries and disciplines to network and share stories.

Heartland Angels established a formal mentoring program designed to provide concrete and timely guidance to entrepreneurs. Like most mentoring programs, the Heartland Angels’ mentor establishes a lasting and trusting relationship with the entrepreneur. The mentor helps develop self-awareness and a better understanding of their context. This can include help to:
■ Outline goals and objectives for moving forward,
■ Clarify personal values that are key to short- and long-termsuccess,
■ Identify and capitalize on opportunities for personal and professional development,
■ Surface and take steps to address personal weaknesses, or
■ Recognize and take steps to mitigate personal biases and blind spots.

Heartland Angels has also established a network of voluntary advisors who are best suited to assist early stage companies operating within a particular industry or sector. These advisors help establish accountability within the management team and ensure that everyone delivers on their accountabilities, achieves their performance objectives, and performs in accordance with predefined outcomes. The advisors’ focus differs from the role the mentor plays. The advisors help teams respond to nuanced situations and circumstances, and address challenges pertaining to specific matters of organizational structure, strategy, technology, systems, processes, and practices. The advisor serves as a trusted generalist and many times is the only person with whom the entrepreneur, small business owner, or management team member is comfortable sharing initial thoughts and ideas. The advisor frequently helps the entrepreneur think through issues, considerations, and implications. They occasionally participate in crucial conversations and help facilitate critical meetings. Advisors typically provide introductions to thought leaders, professional services firms, and consultancies that are likely to prove useful and beneficial to the entrepreneur in the future or when certain situations or circumstance emerge. Heartland Angels advisors have practical experience. They help entrepreneurs translate a raw idea into a compelling vision and transform a group of new employees into a high-performing team. They also help managers think and act like leaders and provide guidance and direction on what the management team can do to help set the stage for short- and long-term success.

In addition to the advice and expertise, the Heartland Angels established a network of service providers who offer support in areas such as business planning, accounting, marketing, supply chain management, and manufacturing. Heartland Angels helps set the stage for a successful partnership with these providers, ensuring that they are more than just transactional relationships. Individual consultants and consulting firms are required to complete a comprehensive and detailed questionnaire when applying to the network, and once accepted they must provide references. The Heartland Angels network database provides a profile of each individual consultant and
service provider, including details on capabilities relevant to early stage
companies.

These are the key actions and steps Dr. Kirschner takes to leverage the hands of his fellow investors and partners. Collectively, they offer greater value to the early stage ventures they work with than Dr. Kirschner could alone. In making these connections, he is constantly expanding and leveraging a wide network for the benefit of these ventures. He gladly gives his own time where he sees the opportunity. By doing so, Dr. Kirschner leads by example. As others follow his lead, he bolsters trust and confidence within the overall Heartland Angels network.

Winning Hearts, Engaging Minds, and Leveraging Hands

Strategic leadership entails enlisting others who can help provide insight and drive change. To enlist others, it is essential to win the hearts, engage the minds, and leverage the hands of others. To win hearts, ask others to contribute to a cause that is meaningful and important to them, think and act as a selfless steward, and take steps to include and involve stakeholders in important decisions. To engage minds, strive to share information others will need and solicit input on how to proceed. To leverage hands, take steps to make connections between parties that can apply knowledge, skills, and abilities where they will have the greatest impact.

Taking actions like these can attract, engage, and retain individuals, which is crucial to success. Enlisting others can also free up capacity for matters of strategic importance. Committed partners can also enhance strategic thinking by bringing creative and innovative ideas. As a close colleague in a professional services firm points out, in some cases 1 + 1 = 4.

We’ve now reviewed the actions that individuals can take to gain insight, drive change, and enlist others. Having examined what effective strategic leadership looks like, this prompts a question we are often asked but have yet to address in this book: How might an individual bolster his or her ability to think and lead more strategically? We address this important question in the next chapter.

REVIEW
https://drive.google.com/file/d/0B90PD2GQwKO7ZVJGVkFrckRScWc/view?usp=sharing

Senin, 05 Oktober 2015

Case in Point: The Heartland Angels
Heartland Angels, Inc. Dapat dikatakan sebagai jaringan ekuitas pribadi yang membantu para ivestor untuk mengidentifikasi perusahaan mana yang baik untuk berinvestasi. Untuk sementara inni fokus dari Heartland Angels adalah sebagai jaringan dari investor, dan juga bekerjasama dengan konsultan untuk memberikan pengetahuan dan memperkenalkan pengusaha yang antusias mengenai manajemen.
Ronald L. Kirschner, MD, adalah presiden Heartland Angels. Dia telah menjabat sebagai presiden Irving Park, dari Chicago Medical Society, dan mengajar di Illinois Masonic Medical Center dan sebelumnya menjadi asisten dosen di Southern Illinois University School of Medicine. Demikianlah akhir karir dari Dr. Kirschner. Selama ia hidup, Ronald Kirschner tak letih-letihnya belajar untuk mendapatkan ilmu sebanyak mungkin yang ia bisa. Studinya di bidang kedokteran, pengetahuan dan bisnis telah mendorong minatnya dalam mengatur bagaimana cara untuk melakukan yang terbaik untuk menjadi seorang individu, tim dan organisasi untuk mencapai kesuksesan.
         Sadar akan hal tersebut, Dr. Kirschner segera memperluas fokus pembelajarannya melebihi prakteknya sebagai dokter. Sementara ia masi belajar di bidang kedokterannya, Dr. Kirschner mendirikan tiga perusahaan, di bidang nutrisi, perawatan kesehatan, dan pemberdayaan sumberdaya kesehatan. Dr. Kirschner pun menjabat menjadi orang penting di beberapa perusahaan baik milik swasta maupun pemerintah. Setelah menghabiskan waktu yang begitu banyak dengan melakukan berbagai kegiatan, Dr. Kirschner merasa dapat lebih fokus untuk melakukan koordinasi, sehingga ia pun mendirikan Heartland Angels.
          Heartland Angels adalah model bisnis yang unik. Heartland Angels membawa sumber daya manusia, intelektual dan secara finansial untuk mencapai dua tujuan penting yaitu untuk melayani sebagai katalis inovasi dan untuk menyediakan sarana organisasi tahap awal agar tidak hanya bertahan hidup tetapi berkembang. Heartland Angels merupakan perusahaan yang memfokuskan pada tiga bidang, yaitu inovasi berbasis science technology; ritel, manufaktur dan distribusi; serta telekomunikasi dan teknologi informasi. Pendekatan Heartland Angels terdiri dari 4 komponen :
1.       Tim yang menetapkan pendekatan yang terbaik untuk mendanai inovasi.
2.    Analisa yang komprehensif dilakukan untuk mengidentifikasi peluang, blind spots, dan tantangan yang membutuhkan tindakan.
3.     Para ahli dan eksekutif dengan keahlian ny menyediakan bimbingan secara real-time dan menawarkan bantuan.
4.     Protokol ditetapkan untuk memastikan komunikasi yang maksimal dan kemampuan antara investor dan portofolio dari perusahaan.
Keempat komponen diatas membentuk dasar untuk mempercepat keberhasilan dari setiap usaha yang baru.
Dr. Kirschner menyadari bahwa harus ada perbedaan cara memperlakukan sesuatu, untuk berhasil mereka harus bekerja sama untuk mendapatkan kepercayaan, keyakinan dan komitmen dari pengusaha dan tim manajemen mereka. Ia menyadari bahwa dalam sebuah tim dibutuhkan kerjasama, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Dr. Kirschner mencari beberapa prioritas utama yang digunakan untuk membantu jaringan dari Heartland Angels bahwa mereka akan memberikan suatu dampak :
1.     Semua peluang investasi yang ada perlu berhubungan dengan tiga prioritas utama dari Heartland Angels.
2.       Evaluasi yang terstruktur bagi investor diperlukan di bagian depan suatu proses. Evaluasi front-end ini akan beresiko terkait kesempatan yang ada.
3.       Analisa bagi pengusaha juga diperlukan.
4.       Tinjauan yang lebih dalam mengenai evaluasi hal tentang teknologi, sistem, proses, tata kelola, dan praktik manajemen.
5.       Analisa yang komplit akan diberitahukan dari evaluasi tim manajemen itu sendiri.
Mengatasi prioritas tersebut, secara proaktif Dr. Kirschner dan jaringannya mengidentifikasi bagaimana cara terbaik untuk memberikan dukungan kepada setiap usaha baru.  Dalam mencapai kesuksesan, bukanlah hal yang mudah terutama bagi usaha yang baru pertama kali berjalan. Setiap tim manajemen dalam setiap usaha baru tersebut harus memikirkan cara untuk mengatasi persaingan kompetitif, perkembangan usaha jangka pendek maupun panjang, merencanakan sumber daya yang diperlukan, bagaimana cara untuk distribusi, dan melaksanakan strategi yang sudah direncanakan.
Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan, Dr. Kirschner membangun network of individuals untuk menyediakan bimbingan dan dukungan yang diperlukan. Dr. Kirschner akan menggunakan waktu yang ada untuk menyadarkan tim manajemen tersebut akan kekurangan dan kemampuan yang harus diperbaiki dalam merencanakan bisnis di dalam organisasi dan memberikan kredibilitas awal ketika presentasi kepada calon investor.
Dr. Kirschner membantu setiap pengusaha yang baru membuka usaha dengan cara memberikan kasus untuk diselesaikan, kasus ini membantu pengusaha tersebut dalam menentukan visi perusahaannya. Dari sudut pandangnya, kasus yang baik akan membahas mengenai persperktif konseptual dan tactical. Secara konseptual, Dr. Kirschner membantu pengusaha untuk memastikan kepada konsumen akan visi untuk produk atau jasa yang perusahaan tawarkan, hal tersebut penting untuk masa depan. Dari sisi tactical Dr. Kirschner membantu memastikan pendiri usaha untuk dapat membuktikan kepada orang lain bahwa tim manajemen telah berpikir melalui spektrum yang penuh masalah bisnis, pertimbangan, dan implikasi yang terlibat dalam berhasil melaksanakan strategi mereka.
Pengusaha harus melakukan hal dibawah ini jika mereka ingin mendapatkan calon investor :
-          Membagi wawasan, realisasi, dan pembelajaran mengenai teknologi, jasa, produk, atau keuangan.
-          Memberitahu cara yang kredibel dan dipercaya bagaimana ide itu berasal, bagaimana produk atau layanan akan memenuhi kebutuhan, berapa banyak orang yang bersedia dan mampu untuk membeli produk atau layanan, dan tantangan perusahaan akan menghadapi jalan di depan.
-          Menjelaskan bagaimana produk atau layanan akan menguntungkan masyarakat.
-          Menunjukkan melalui pengalaman dan komitmen bahwa pengusaha memiliki ketabahan untuk mengambil ide dari konsep secara realita.
-          Mencaritahu bagaimana setiap aspek yang berkaitan dengan rencana adalah solusi yang layak untuk setiap tantangan yang ada.
-          Membuat kesenangan dengan calon investor.
Heartland Angels telah menjalin hubungan dengan perusahaan profesional jasa, penyedia layanan, dan lembaga akademis yang membantu startup dengan eksekusi dan koordinasi yang membutuhkan sumber daya. Aliansi ini menyediakan informasi data yang berguna bagi tim manajemen untuk disajikan kepada calon investor. Untuk membangun koneksi seperti itu, Heartland Angels sering menjadi sponsor acara-acara sosial yang memungkinkan pengusaha dari industri untuk dapat berbagi cerita.
Heartland Angels membentuk sebuah network untuk penasihat sukarela yang digunakan untuk membantu tahap awal perusahaan yang beroperasi dalam indutri tertentu. Penasihat ini membantu pengusaha untuk membangun akuntibilitas dalam tim manajemendan memastikan bahwa setiap orang memberikan akuntabilitas mereka masing-masing. Fokus seorang penasihat berbeda dengan peran mentor. Penasihat membantu tim untuk merespon situasi dan keadaan yang berbeda, dan tantangan yang berkaitan dengan hal tertentu dari struktur organsisasi, strategi, teknologi, sistem, proses, dan praktik. Penasihat sering membantu pengusaha memikirkan masalah, pertimbangan, dan implikasi. Penasihat juga biasanya memberikan perkenalan kepada para pemimpin yang akan bermanfaat bagi pengusaha di masa depan. Mereka membantu pengusaha menerjemahkan ide mentah menjadi sebuah visi dan mengubah sekelonpok karyawan baru ke dalam tim yang memiliki kinerja yang tinggi. Mereka juga membantu manajer berpikir dan bertindak seperti pemimpin dan memberikan bimbingan dan arahan pada apa yang tim manajemen dapat lakukan untuk membantu mengatur panggung untuk keberhasilan jangka pendek maupun panjang.
Heartland Angelsjuga mebentuk network penyedia layanan yang menawarkan dukungan di bidang-bidang seperti perencanaan bisnis, akuntansi, pemasaran, manajemen rantai pemasok, dan manufaktur. Heartland Angels membantu mengatur panggung untuk partnership yang sukses dengan adanya pelayanan ini. Network database dari Heartland Angels menyediakan profil masing-masing konsultan individu dan penyedia layanan, termasuk rincian tentang kemampuan yang relevan untu ktahap awal perusahaan.

Hal diatas adalah tindakan utama dan langkah-langkah yang diperlukan oleh Dr. Kirschner untuk memanfaatkan tangan sesama investor dan mitra. Mereka menawarkan nilai yang lebih besar kepada pengusaha untuk membangunn usaha dari tahap awal. Dr. Kirschner memimpin dengan contoh, karena ia senang memberikan waktu sendiri pada saat ia melihat sebuah kesempatan.
https://drive.google.com/open?id=0B90PD2GQwKO7QTF3djlRd2pmVWM

Sabtu, 19 September 2015

Strategi menurut Cravens (2001) adalah rencana yang disatukan dan terintegrasi, menghubungkan keunggulan strategi organisasi dan dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Sedangkan menurut Aliminsyah dan Pandji (2004) mengartikan bahwa strategi adalah wujud rencana yang terarah untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Kepemimpinan menurut Winardi (2000) mengartikan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam, faktor-faktor intern maupun ekstern, diantaranya meliputi orang-orang, bekerja dari sebuah posisi organisatoris; dan timbul dalam sebuah situasi yang spesifik. Kusnadi (2005) juga menyatakan bahwa kepemimpinan tidak saja berarti pemimpin dan mempengaruhi orang-orang, tetapi juga pemimpin terhadap perubahan dan sumber aspirasi serta motivasi bawahan.

Menurut saya, setelah saya mengetahui arti dari ahli-ahli diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa kepemimpinan strategi adalah kepemimpinan yang dipimpin secara terarah untuk mencapai tujuan dari organisasi tersbut secara maksimal. Seorang pemimpin itu memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam pekerjaannya. Sehingga seiap pekerjaan yang dikerjakan bawahannya bisa dikerjakan dengan baik, karena ada pengaruh yang diberikan oleh atasannya. Dalam posisinya sebagai pemimpin, banyak diantara yang lain pasti berpikiran dan mengharapkan sesuatu yang lebih dari pemimpin itu. Tampak seperti setiap pemimpin harus bisa melakukan segala sesuatunya, tetapi itu benar, karena jika bawahannya tidak diberikan arahan yang jelas dari pemimpinnya, maka bawahannya tidak bisa bekerja dengan baik. Maka dari itu, bagaimana bisa seorang pemimpin memberikan arahan tetapi tidak mengerti bagaimana menjalankan nya? Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin pasti mengetahui setiap jenis pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya, karena pemimpin harus bisa memberikan arahan dan contoh yang baik bagi bawahannya. 


Aliminsyah & Pandji, 2004, Kamus Istilah Manajemen, Bandung : CV. Yrama Widya.
Cravens David, 2001, Pemasaran Strategis, Jakarta : Erlangga.
Kusnadi dkk. 2005. Pengantar Manajemen (Konsepsual & Perilaku). Malang : Univeritas Brawijaya.
Winardi. 2000. Kepemimipinan dalam Manajemen. Jakarta : Rineka Cipta.

Senin, 01 Juni 2015

Analisa Starbucks dan The Coffee Bean

Starbucks
Visi Starbucks :
Menjadikan Starbucks sebagai brand yang terkenal dan dihargai di seluruh dunia.
Misi Starbucks :
Starbucks berkomitmen untuk berperan sebagai pemimpin dalam memperjuangkan lingkungan hidup disetiap lini kegiatan perusahaan.
Untuk mencapai misi tersebut dengan berkomitmen untuk :
   - Memahami tentang masalah lingkungan hidup dan berbagi informasi dengan mitra usaha
   - Menciptakan solusi yang inovatif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan
   - Bekerja keras untuk membeli, menjual dan menggunakan produk yang ramah lingkungan
   - Memahami tanggung jawab itu sebagai hal yang penting untuk lingkungan hidup
   - Menanamkan tanggung jawab lingkungan hidup sebagai nilai dasar perusahaan
   - Mengukur dan memonitor kemajuan setiap proyek terhadap dampak kepada lingkungan hidup
   - Mendorong seluruh mitra untuk ikut serta dalam memperjuangkan misinya
Analisa Starbucks
Perencanaan strategi Starbucks terdiri dari strategi intensif dan strategi integratif.
Strategi intensif terwujud dalam :
   - Penetrasi pasar, menggencarkan pemasaran, misalnya mengumpulkan poin yang bisa ditukar dengan kencan semalam dengan artis idola.
   - Pengembangan pasar, memgbuka cabang baru
   - Pengembangan produk, membuat varian rasa kopi baru
Strategi integratif terwujud dalam :
   - Integrasi ke belakang, mengakuisisi pemasok di daerah beriklim stabil yang mampu menghasilkan bahan baku berkualitas tinggi dengan harga terjangkau
   - Integrasi ke depan
   - Integrasi horizontal, mengakuisisi gerai kopi lain yang lebih kecil untuk menghadapi pesaing kuat
Analisis SWOT Starbucks
1.       Strenght
-          Fasilitas wi-fi
-          Atmosfer gerai nyaman
-          Variasi rasa espresso dan tiga sub-brand
-          Relasi baik dengan pelanggan
-          Pemasaran yang gencar
-          Lokasi strategis dan ramai
2.       Weakness
-          Harga produk mahal
-          Manajemen kompleks
-          Tidak menjual makanan berat
-          Mayoritas cabang berada di A.S.
3.       Opportunities
-          Pangsa pasar besar
-          Tingkat konsumerisme tinggi
-          Jumlah warga ekonomi menengah ke atas naik
-          Kebijakan ekonomi demokratis
-          Kemajuan teknologi komunikasi
-          Akses kepada pemasok
4.       Threats
-          Banyaknya pesaing yang menjual produk serupa
-          Perubahan iklim menyulitkan suplai kopi
-          Ancaman “economic downtum”
-          Konsumen berusaha untuk menghindari kafein
-          Banyaknya produk pengganti
-          Kenaikan harga biji kopi
The Coffee Bean
Visi The Coffee Bean :
Menjadi pemimpin dalam industri makanan dan minuman.
Misi The Coffee Bean :
Memastikan bahwa citra merek dan nilai orisinal yang dimiliki dapat dirasakan secara konsisten oleh target konsumen di semua pasar.
Analisa The Coffee Bean
Perencanaan strategi The Coffee Bean terdiri dari :
  • Threat of New Entrants : Moderate
Ancaman terhadap pesaing baru yang akan masuk ke bisnis coffee shop tergolong medium, dengan barrier to entry yang tidak terlalu tinggi, karena kompetitor yang baru dan ingin bersaing dalam bisnis kedai kopi kelas premium ini harus memiliki modal yang cukup besar.
  • Threat of Substitutes: High
Banyak sekali jenis minuman yang bisa menjadi pilihan konsumen, seperti jus buah, air mineral, minuman bersoda, energy drink dan lain-lain. Atau bias juga konsumen dapat membuat kopi di rumah masing-masing dengan menggunakan coffee makerdengan bahan dasar biji kopi yang sama yang digunakan oleh The Coffee Bean and Tea Leaf.
  • Bargaining Power of Buyers : Moderate to Low Pressure
Tidak terdapat pembeli tunggal dalam bisnis coffee shop, sehingga The Coffee Bean and Tea Leaf sebisa mungkin menyediakan produk-produk minuman yang variatif, yang dapat memenuhi needs dari konsumen yang beragam. Karena ketersediaan produk subtitusi yang sangat banyak, dan biaya switching yang hampir tidak ada, maka konsumen memiliki sensitivitas terhadap harga kopi premium, apabila terjadi kenaikan harga yang tidak diikuti dengan kenaikan kualitas produk yang ditawarkan, maka konsumen cenderung untuk beralih ke produk substitusi dari kopi The Coffee Bean and Tea Leaf.
  • Bargaining Power of Suppliers : Low to Moderate Pressure
The Coffee Bean & Tea Leaf menggunakan biji kopi yang sudah terstandarisasi kualitasnya dari supplier pilihan, sehingga untuk biaya peralihan supplier pengganti menjadi rendah. The Coffee Bean and Tea Leaf benar-benar menjaga hubungan baik dengan suppliernya dan berprinsip pada kejujuran.
  • Intensity of Competitive Rivalry: High to Moderate
Banyaknya minuman pengganti yang tersedia, menjadikan kompetisi dalam bisnis penyajian minuman sangat sulit. The Coffee Bean & Tea Leaf harus tetap menjagacompetitive advantage-nya sebagai kedai kopi premium dengan servis yang memuaskan, menjadikan tingkat persaingan di bisnis kedai kopi premium ini cenderung moderate bagi The Coffee Bean and Tea Leaf.
Analisis SWOT The Coffee Bean
1.     Strength
-          Program Rekrutmen, Training & Pengenalan Bisnis untuk Karyawan
-          Semua tokoThe CoffeeBean and TeaLeaf terletak dikawasan bisnis yang strategis dengan suasana kedai yang nyaman, produk yang berkualitas, music yang tenang, pelayanan yang ramah, penerangan yang cukup serta ketersediaan wifi, menjadikan konsumen betah untuk menghabiskan waktunya di kedai The Coffee Bean and Tea Leaf.
2.     Weakness
-          Konsumen yang dibidik oleh The Coffee Bean and Tea Leaf sama dengan target konsumen yang dibidik oleh perusahaan-perusahaanbesar dunia lainnya. Tapitarget pasarThe CoffeeBean and Tea Leaf adalah anak muda yang tidak memiliki daya beli yang kuat.
3.     Opportunity
-          Pasar potensial The Coffee Bean and Tea Leaf Indonesia masih terbuka lebar, seperti pasar Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi yang belum disentuh oleh The Coffee Bean and Tea Leaf.
-          Lifestyle/gaya hidup masyarakat perkotaan yang mulai banyak menghabiskan waktu bersantai bersama keluarga dan teman di coffee shop. Keberadaan coffee shop bahkan dimanfaatkan sebagai tempat berbisnis bagi kaum eksekutif atau professional, selain sebagai tempat untuk melepas lelah setelah seharian bekerja. Aktivitas masyarakat perkotaan yang padat telah membawa perubahan pada pola kebiasaan mengkonsumsi makanan kea rah yang lebih praktis.
4.     Threat
-          Persaingan bisnis franchise yang sangat kompetitif, seperti Mc Donald, Seven Eleven, Indomaret, Starbucks, Oh La La, Excelso, DJournal Cafe dan berbagai jenis tempat untuk bersantai sambil menikmati minuan dan hidangan yang telah disediakan, menjadikan The Coffee Bean & Tea Leaf harus memiliki satu keunggulan yang membuatnya berbeda dengan kompetitornya.