Minggu, 29 November 2015

Part I - ERP and Change Management at Nestl´e
1.      Nestle membentuk  1 tim yang berisi 50 senior business managers dan 10 senior IT managers untuk mengimplementasi SAP. Tim ini akan bertanggung jawab untuk menentukan mendefinisikan serangkaian proses untuk setiap divisi. Terlebih seperti divisi purchasing, inventory, accounting, and sales, mereka ingin membuat suatu perubahan yang baru, karena menggunakan cara lama sudah tidak efektif. Nestle juga menerapkan 5 modul SAP yaitu : purchasing, financials, sales and distribution, accounts payable and receivable, dan the Manugistics supply chain di setiap divisi Nestle.

Nestle sempat mengalami kondisi buruk, serta ditambah pekerja yang tidak mengerti cara pemakaian sistem baru. Manajer perusahaan tersebut pun tidak mengerti cara memakai sistem baru tersebut, sama seperti karyawannya. Omset tertinggi mereka saat itu hanya 77%. Masalah - masalah lainnya pun muncul karena pengambilan keputusan yang terlalu terburu-buru.

Kemudian proyek tersebut dihentikan, dan seorang manajer coproject ditugaskan kembali dan Dunn[1] diberikan tanggung jawab yang penuh. Dunn bertindak cepat dengan mengundang 19 stakeholder kunci dan manajer bisnis untuk dapat bekerja sama dengan baik. Pada saat itu project team sudah kehilangan gambaran besar akan project yang akan dijalankan. Tetapi proyek tetap akan dijalankan dan akan dimulai dengan mendefinisikan kebutuhan dari proyek tersebut.

Project team memiliki perencanaan yang baik untuk diikuti. Tetapi seorang direktur baru Tom James[2] terkejut ketika hubungan antara project team dan antar divisi masih kurang. Sehingga Dunn mulai bertemu tatap muka kepada manajer divisi untuk melakukan survei kepada karyawannya, apakah karyawan dapat mengerti sistem baru yang diterapkan.

Setelah melakukan hal tersebut Dunn dan project team mengetahui apa kekurangan mereka. Walaupun proyek tersebut lebih lama dari yang diharapkan, Dunn percaya bahwa dengan perlahan dy bisa berjalan dengan pasti. Akhirnya Dunn bisa mencapai hasil yang signifikan terhadap investasi terlebih mengenai hal peramalan permintaan yang lebih baik.

2.      Dengan kembalinya Dunn kedalam Nestle, dengan cepat ia dapat mengambil keputusan untuk dapat mengumpulkan semua project team, stakeholder dan manajer bisnis untuk menyatukan kemauan untuk dapat memecahkan masalah yang sedang dialami Nestle. Dalam kasus ini, sangat dibutuhkan sosok seorang pemimpin di dalam Nestle. Kepemimpinan merupakan hal yang sangat vital dalam sebuah organisasi[3]. Kembalinya Dunn membawa dampak positif bagi Nestle, karena Dunn membawa sifat kepemimpinannya untuk memimpin Nestle yang dalam keadaan terpuruk.

3.      Keuntungan implementasi change management untuk organisasi [4]:
·         Perubahan yang terjadi akan direncanakan
·         Organisasi dapat memberikan respon yang lebih cepat kepada customer
·         Membantu pengaturan resource organisasi
·         Manajemen perubahan dapat membantu organisasi untuk melakukan penilaian secara keseluruhan
·         Perubahan tersebut dapat dilakukan tanpa adanya efek yang negatif saat menjalankan bisnis
·         Meminimalisir penggunaan waktu untuk menerapkan perubahan
·         Kemungkinan perubahan tersebut gagal akan berkurang
·         Kinerja karyawan meningkat
Keuntungan implementasi change management untuk individu :
·         Meningkatkan komunikasi
·         Meningkatkan moral, produktivitas dan kualitas kerja
·         Dapat menciptakan persepsi yang benar untuk pekerja dan masyarakat
·         Mendukung pekerja dan masyarakat untuk menghilangkan atau meminimalisir kekhawatiran akan terjadinya perubahan

4.      Saya cukup setuju dengan pernyataan Dunn pada kalimat pertama karena dalam mengembangkan satu hal pasti tidak hanya melibatkan satu hal tersebut saja, tetapi pasti akan melibatkan beberapa hal, dalam kalimat Dunn tersebut berarti tidak hanya melibatkan software saja, tetapi melibatkan manajemen perubahan juga. Manajemen perubahan menurut Aradea dkk (2010) adalah  serangkaian proses yang digunakan untuk memastikan bahwa perubahan strategis yang signifikan dalam organisasi dilakukan secara terkontrol dan sistematis, untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan dalam rangka mengingatkan keterlibatan dan pencapaian tujuan organisasi untuk transformasi efektif.[5]

Part II - From Ballpoints to Bits
Terdapat 4 Pendekatan Perubahan Manajemen Strategi[6] :
a.       Rational – Empirical Approach. Pada pendekatan ini diasumsikan bahwa Orang adalah makhluk rasional dan akan mengikuti kepentingan mereka - setelah ia mengungkapkan kepada mereka. Perubahan yang berhasil didasarkan pada komunikasi informasi dan pengajuan insentif. Oleh karena itu, agen perubahan harus persuasif dalam meyakinkan, menjelaskan, dan menunjukkan bagaimana perubahan tertentu akan menguntungkan orang tertentu atau kelompok diidentifikasi sebagai target perubahan. Pada pendekatan ini informasi dan komunikasi sangatlah penting dan akan berdampak pada perubahan.

b.      Normative-Reeducation Approach. Asumsi dasar pada pendekatan ini adalah Orang adalah makhluk sosial dan akan mematuhi norma-norma dan nilai-nilai budaya. Perubahan yang berhasil didasarkan pada mendefinisikan dan interpretasi norma yang ada dan nilai-nilai, dan pelaksanaan dalam pengembangan. Dalam mencoba untuk mengubah seseorang, kita harus fokus pada nilai-nilai inti, kepercayaan, dan hubungan didirikan yang membentuk budaya kelompok. Pendekatan ini bisa sangat sulit dan memakan waktu karena agents perubahan dan sponsor harus mempelajari nilai-nilai yang ada dan keyakinan dari kelompok.

c.       Power-Coercive Approach.Pada pendekatan ini memiliki asumsi bahwa Orang-orang pada dasarnya memenuhi persyaratan dan umumnya akan melakukan apa yang mereka diberitahu atau dapat dibuat untuk melakukan. Perubahan yang berhasil didasarkan pada Pelaksanaan otoritas dan pengenaan sanksi. Pendekatan kekuasaan-koersif untuk mengubah upaya manajemen untuk mendapatkan kepatuhan dari sasaran perubahan melalui penggunaan kekuasaan, otoritas, imbalan, atau ancaman hukuman untuk ketidaksesuaian.

d.      Environmental-Adaptive Approach. Orang menentang kerugian dan gangguan tetapi mereka beradaptasi mudah dengan keadaan baru. Perubahan ini didasarkan pada membangun sebuah organisasi baru dan secara bertahap memindahkan orang dari yang lama ke yang baru. Premis dari pendekatan lingkungan-adaptif adalah bahwa meskipun orang menghindari gangguan dan kehilangan, mereka masih dapat beradaptasi terhadap perubahan. Mengikuti pendekatan ini, agen perubahan mencoba untuk membuat perubahan permanen dengan menghapus cara-cara lama dan melembagakan struktur baru sesegera mungkin

1.       From Ballpoints to Bits : menggunakan pendekatan Rational-Empirical Approach, jika dilihat dari kasus tersebut, organisasi tersebut ingin membuat suatu perubahan dengan menambahkan unsur IT di dalamnya. Tetapi dikatakan bahwa jika user tidak memahami cara memakai ataupun user tidak menerima sistem tersebut, maka solusi tersebut dianggap gagal. Maka dari itu, dalam kasus diatas dikatakan bahwa “preparing the people within an organization is important to the success of the project. “, jelas sangat dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam menerapkan pendekatan ini ke dalam kasus tersebut.

Pfizer : menggunakan pendekatan Normative-Reeducation Approach karena menurut pandangan dari kasus tersebut, Kolette tidak bisa menerima bahwa komputer dapat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah dibidang kesehatan, maka dari itu ia menyebut komputer “foot soldiers of the devil”

Chicago Police Department  : menggunakan pendekatan Environmental-Adaptive Approach karena dapat dilihat bahwa Joe merupakan polisi veteran yang telah bekerja di lapangan selama 50 tahun, tetapi kemudian ia diberikan pelatihan untuk menggunakan sistem database di komputer. Dengan adanya perubahan yang radikal tersebut, sangat mungkin Joe tidak mengerti cara menggunakan sistem tersebut karena apa yang dilatih sangat lah berbeda dengan pekerjaan Joe sehari-hari yaitu di lapangan. Jangan kan Joe, supervisor Joe saja tidak mengerti cara menggunakan sistem tersebut, dengan kata lain ada tahapan yang salah, karena seharusnya supervisor bisa mengetahui sistem tersebut terlebih dahulu.

Procter & Gamble : menggunakan pendekatan Rational-Empirical Approach karena sudah jelas tertulis dalam kasus tersebut bahwa kurangnya komunikasi diantara semua pihak terkait. Sehingga user pun tidak mengerti menggunakan sistem tersebut dan ternyata ada kekurangan pada sistem tersebut. Dapat terlihat kelalaian dan kurangnya komunikasi di dalam perusahaan tersebut, karena sistem yang belum berjalan dengan baik dapat keluar ke publik. [7]

2.        Menurut saya cara pendekatan terbaik adalah dengan menggunakan Rational-Empirical Approach karena pendekatan ini menggunakan cara berkomunikasi dan akan mengikuti  hasil pemimikiran terbaik dari apa yang telah didiskusikan.

Part III - Change Management and e-Health Records
1.       Perubahan manajemen adalah sebuah pendekatan terstruktur untuk transisi individu, tim dan organisasi dari kondisi saat ini ke masa yang akan datang, untuk memenuhi visi dan strategi. Perubahan diatas bertujuan untuk memberdayakan karyawan untuk menerima dan merangkul perubahan di lingkungan saat ini. Perubahan manajemen berarti mengadopsi strategi perusahaan, struktur, prosedur, dan teknologi untuk menghadapi perubahan yang berasal dari luar maupun dalam. Perubahan manajemen harus dilakukan secara bertahap, dan harus dilakukan dengan adanya kebijakan-kebijakan yang ada agar tidak terkena sanksi. Dalam mengimplementasi EHR, EHR digunakan agar dapat mengubah persepsi dan sikap dari dokter tersebut. perubahan tersebut digunakan dengan cara melakukan pendekatan pada manajemen perusahaan. Melakukan pendekatan dapat mengubah pola pikir dan sikap dari dokter sehingga dapat menerima perubahan EHR.[8]



[3] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/21071-pentingnya-peran-pemimpin-efektif-dalam-pencapaian-tujuan-organisasi, diakses 12 Nopember 2015, jam 15:03 WIB
[5] http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/20335-manajemen-perubahan, diakses 13 Nopember 2015, jam 14:36 WIB
[6] Marchewka, Jack T .(2012). Information technology project management Fourth Edition : providing measurable organizational value. John Wiley & Sons, Inc. ISBN 978-1-118-05763-6
[7] http://manajemen-ti.com/tata-kelola-audit/202-mengunjungi-kembali-manajemen-perubahan.html, diakses 13 Nopember 2015, jam 23:05 WIB
[8]  Society for Human Resources Management, 2007 Change Management Survey Report.